Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesalahan yang Sering Dilakukan Mahasiswa Saat Menulis Skripsi

Kesalahan yang Sering Dilakukan Mahasiswa Saat Menulis Skripsi: Menulis skripsi bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya dibuat pusing dengan penelitian yang dilakukan, sistematika penulisan yang harus di ikuti, juga bimbingan dengan dosen yang harus rutin dilaksanakan membuat mahasiswa-mahasiswa semester akhir cukup terteter tetapi juga mahasiswa semester akhir mulai dipaksa untuk memahami ejaan bahasa Indonesia yang baku atau yang kita kenal Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


Meskipun ada bimbingan rutin dengan dosen dan revisi-revisi, bukan berarti skripsi kamu bebas seratus persen dari kesalahan ejaan. Sebab biasanya dosen terlalu sibuk untuk mengkoreksi kesalahan-kesalahan ejaan dan hanya mencoret-coret bagian-bagian tertentu yang bersifat substansial saja.

Jadi, mau tidak mau mahasiswa harus memahami kaidah penulisan ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia. Malu kan kalau kesalahan-kesalahan itu justru ditemukan oleh orang lain setelah sidang dan skripsi tersebut dipublikasikan? Bukan hanya nama mahasiswanya yang dipertaruhkan, tetapi juga nama dosen pembimbing dan universitas. Berikut adalah 6 kesalahan ejaan yang sering kali ditemui dalam skripsi.

1. Penggunaan Awalan Di

Sering kali kita menemukan kesalahkaprahan seorang penulis terkait di sebagai awalan dan kata depan. Ada yang menulis serangkai, ada juga yang menulis secara terpisah. Padahal keduanya mempunyai tugas dan penulisan yang berbeda serta tidak bisa dimanasukakan

Awalan di- biasanya diberikan tanda garis – dalam bentuk tunggal sebagai penanda bahwa harus ditulis serangkai, tidak ada pemisah antarkata. Awalan di- dipakai sebagai imbuhan yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Di- dipakai untuk menunjukkan bentuk pasif dari suatu kata, semisal dimakan, dibuka, dibakar.

Kata depan di tidak diberikan tanda garis karena memang ditulis terpisah. Sesuai fungsinya, kata depan diletakkan di depan kata dan berfungsi sebagai keterangan tempat atau lokasi, semisal di sekolah, di rumah, di pasar.

2. Tidak Ada Koma Sebelum Kata “Dan”

Beberapa orang berasumsi bahwa konjungsi “dan” sudah mewakili tanda koma. Namun asumsi tersebut kurang tepat. Bila tidak menggunakan tanda koma sebelum “dan” pada kata perincian yang lebih dari dua, akan muncul salah pengertian 

Berikut adalah penulisan yang benar.
“Aku libur pada hari Sabtu dan Minggu”
“Ibu memasak sayur, daging, dan kerupuk untuk makan siang.”

3. Penggunaan Kata Hubung “Namun”

“Gadget memang berguna bagi kehidupan manusia, namun penggunaan yang berlebihan ternyata membawa dampak yang buruk bagi kehidupan sosial mereka.”
Banyak yang mengira bahwa kata namun dan tetapi dapat saling menggantikan. Tetapi ternyata dalam bahasa tulis, penggunaan kedua kata hubung ini berbeda. Kata tetapi memang boleh diletakkan di tengah kalimat sebagai penghubung antar klausa, tapi kata namun tidak boleh diletakkan di tengah kalimat karena namun merupakan penghubung antar kalimat. Sehingga, posisinya harus berada di awal kalimat.

“Kebijakan ini diklaim pemerintah akan membawa perubahan baik bagi masyarakat. Namun, banyak ahli yang menilai kebijakan ini tidak berpihak kepada kalangan kecil.”

4. Penulisan Kata/Kalimat Miring

“PBB atau yang dalam bahasa Inggris disebut United Nations…”
Kata dalam bahasa asing atau dalam bahasa daerah harus ditulis secara italic atau miring. Namun, dalam menulis skripsi, banyak sekali mahasiswa yang lalai untuk menuliskannya dengan huruf miring. Berikut adalah contoh penulisan yang benar.
“Tiga golongan tersebut adalah santri, abangan, dan priayi.”
“… kemudian membentuk organisasi persiapan kemerdekaan dengan nama Dokuritsu Junbi Inkai…”

5. Tidak Ada Tanda Strip Antara Kata Depan dan Angka

“Pada usianya yang ke 31, ia menulis cerita pendeknya yang berjudul…”
Adakah yang janggal dari kalimat di atas? Ya, tidak adanya tanda strip antara kata depan dan angka 31. Dalam bahasa Indonesia, jika penulisan angka ditulis dengan angka, maka kita perlu membubuhkan tanda strip setelah kata depan. Jika angka ditulis dengan huruf, maka kata depan ditulis melekat dengan angka tersebut.
Misalnya:
“Ia meninggal tak lama setelah ulang tahunnya yang ke-90”
“Hari ini adalah ulang tahunnya yang kedua puluh.”

6. Pelesapan Huruf Saat Diberi Imbuhan

Mempengaruhi (Salah) Memengaruhi (Benar)
Memperlukan (Salah) Memerlukan (Benar)
Mengkonsumsi (Salah) Mengonsumsi (Benar)
Mencontek (Salah) Menyontek (Benar)

Masih banyak mahasiswa yang merasa kebingungan tentang bagaimana penulisan kata setelah diberi imbuhan. Padahal ada beberapa huruf yang hilang ketika diberi imbuhan tertentu. Seperti misalnya huruf “p” dalam kata “perlu” yang dihilangkan ketika mendapat imbuhan “meN-” menjadi “memerlukan”, dan lain sebagainya.

Masalah pelesapan ini bisa kamu ketahui lebih lanjut dengan membaca artikel ini. (Beri link ke artikel tentang pelesapan huruf)

Nah, itulah beberapa kesalahan ejaan yang sering ditemukan dalam penulisan skripsi. Semoga setelah membaca artikel ini, kamu tidak termasuk orang yang melakukan kesalahan itu ya. Merasa artikel ini bermanfaat? silahkan share di media sosial kamu.